Cari Blog Ini

Protected by Copyscape Online Copyright Protection Software

Linux and Windows

Ngomongin Linux vs Windows yuk. Karena gw bukan fans Linux, maka gw katakan saja bahwa kesimpulan akhirnya, Windows adalah pemenangnya. Gw lebih baik mengeluarkan $150 buat beli Windows original daripada kudu pake Mandriva atau UBuntu atau RedHat! There.... kalo lo adalah fans Linux sejati, lebih baik skip this blog!
Pengalaman gw dengan Linux sudah cukup lama. Sejak tahun 1995, sejak jamannya Windows 95, dan RedHat masih pake X-Window gak pake Gnome atau KDE. O, ya, karena gw gak ahli di Linux, sorry saja kalo ada salah-salah istilah.
Waktu gw install RedHat, gw puyeng juga, soalnya disitu ada Apache, PHP, MySQL, dan program-program buat developer, padahal pas 1995 gw masih bego . Terus pas booting ke RedHat, masuknya ke bash (command prompt) gak masuk ke GUI seperti Windows. Bayangin, gw yang baru pertama pake Linux masuk ke bash, kayak lo sekarang booting bukan masuk ke Windows tapi ke dos-prompt. Terus setelah baca sana sini, akhirnya gw bisa masuk juga ke X-Window (startx). Beberapa minggu kemudian, RedHat-nya gw buang karena gw butuh HDD buat Windows 95.
Terus pas jaman Windows 98, gw dapat distro Mandrake 7. Wah instalasi bagus banget, mengalahkan Windows XP sekalipun, sangat mudah, dan gak seperti RedHat, dia menanyakan keperluan gw, apakah sebagai desktop, developer atau server. Install yang mudah dan interface GUI yang keren dengan Gnome/KDE-nya. Gw cukup lama pake Mandrake 7, soalnya gw mulai membutuhkan Apache, PHP & MySQL. Tapi gak nyampe setahun gw balik lagi ke Windows, soalnya bisnis gw beralih .
Nah udah lama gw gak pake Linux, gw dapat UBuntu dari majalah Chip! Gw coba, dan enaknya Ubuntu adalah lo dapat coba Linux tanpa harus menginstal ke HDD, cukup lewat CD, Live CD gitu. Interfacenya juga bagus, mirip Mac OS. Tapi ini juga gak lama, soalnya gw harus ganti HDD gw.
RedHat? Mandrake? Mandriva? UBuntu?
Jangan dipusingkan dengan istilah RedHat Linux, Mandrake Linux, Ubuntu Linux, dsb. Linux itu sendiri adalah intinya, enginenya. Sementara RedHat cs adalah distributornya. Jadi RedHat Linux adalah Linux keluaran RedHat, Mandriva keluaran Mandriva, dsb. Apa bedanya? Enginenya sama, cuma setiap distributor memiliki cara distribusi, install, isi paket & cara pakai yang berbeda.
Misalnya Mandrake (sekarang Mandriva) lebih ditujukan pada newbie dengan segala kemudahan instal & pemakaian. Sementara RedHat lebih teknis, biasa dipakai buat server. Dan, yah, setiap distribusi memiliki tampilan GUI yang berbeda, GUI yang biasa dipake itu KDE & Gnome. KDE memiliki tampilan yang mirip Windows, sementara Gnome beda sendiri. Gw gak tau Ubuntu pake apa, tampilannya mirip Mac OS/X.
Jadi lo bayangin saja kalo Windows XP pakai sistem distributor. Maka Windows XP keluaran M$ punya tampilan A, sementara keluaran HP punya tampilan B, sementara keluaran IBM punya tampilan C. Masing-masing punya program yang berbeda, keluaran MS ada MS Office & MS Paint, keluaran HP punya StarOffice & Adobe Photoshop, keluaran IBM punya Corel Office & Paintshop Pro.
Susahnya....
Pengalaman gw pake Linux sejak tahun 1995-2006 (biarpun kalo ditotal cuma 1 tahunan), gw ngerasa satu hal yang pasti dari Linux. SUSAH! Instal memang gampang, tapi setiap kali instal selalu ada masalah. Di RedHat, printer, VGA & sound card gak bisa kedetek. Di Mandrake mendingan, cuma VGA gw yang gak bisa dipakai optimal (driver 3D gak jalan). Di Ubuntu, hampir semua hardware kedetek, kecuali software modem gw yang murah meriah. Instalasi driver secara manual di Linux itu cukup membingungkan, kalo jaman dos lo paling edit config.sys, kalo di Linux, harus edit bermacam-macam file, compile ulang, dsb. I gave up!
Kemudian gak ada interface standar. Hampir semua distro Linux yang besar menyertakan Gnome & KDE, sementara distro yang lebih kecil biasa pake X-Window atau K-Lite. Yang parah, Gnome yang dipakai RedHat bisa beda ama Gnome yang dipakai Mandriva. Jadi kalo lo beli buku Linux, harus liat dulu buat RedHat (versi berapa) atau buat Mandriva (juga liat versinya).
Program yang tersedia buat Linux memang cukup banyak, dan mayoritas gratis, tapi masalah instalasi.... bisa buat garuk-garuk kepala. Gak seperti Windows, lo cukup cari setup.exe dan Next-Next-Next, maka di Linux tergantung ama paketnya. Kalo lo dapat paket RPM, hampir semudah Windows tinggal klik, tapi kalo dapat paket binary, siap-siap mengetik 10 baris perintah yang gak boleh salah satu karakter pun! Itu juga kalo bisa langsung instal, dalam Linux ada yang namanya dependency, jadi satu program hanya bisa berjalan kalo ada program lainnya. Nah lo, silahkan cari program pendampingnya dan instal!
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Kalo elo sudah berhasil menemukan program yang minati, dan berhasil menginstalnya, belum tentu bisa jalan (biarpun hardwarenya sudah cukup). Ternyata program Linux juga pilih-pilih GUI. Misalnya K-Office hanya bisa berjalan di KDE, sementara di Gnome dia bakal mengeluh. Sebaliknya AbiWord lebih suka jalan di Gnome daripada di KDE.
Terus kalo lo gamer, mending lupakan Linux, game bagus buat Linux bisa dihitung dengan jari. Mayoritas gamenya puzzle atau yang pake otak, macam Tic Tac Toe, Stratego, Chess, dengan tampilan yang sederhana. Lupakan Half Life 2 atau Need for Speed!
It's Not All Bad
Linux bukan o/s yang buruk. Setidaknya dia stabil, jarang bermasalah, dan ringan. Bahkan bisa jalan dengan disket di PC 386 (baca: PC 15 tahun lalu) tapi lupakan soal GUI!
Linux memang lebih cocok buat jadi server, daripada desktop. Bukannya gak mungkin jadi desktop, tapi gw rasa untuk memakai Linux lo kudu cukup mengerti komputer. Ngomong-ngomong, temen gw yang suka main RedHat, sempet kaget waktu gw bilang gw 'berhasil' membuat RedHat hang (padahal gw login sebagai user, bukan root). Soalnya Linux itu jarang banget amat sekali ngehang.
Harapan Kosong
Gw rasa masalah pada Linux bukan pada core-nya (kernel). Kernel Linux itu sendiri sudah bagus & stabil. Yang masalah adalah tidak adanya standarisasi yang baku. Liat saja setiap distro punya GUI, kelengkapan, dan aturan sendiri. Ini membingungkan user awam, "pilih mana, yah? RedHat, Caldera, Mandriva, Ubuntu?" Sudah memilih salah satu distro, mereka dibingungkan dengan buku yang harus dibeli, gak semua distro ada bukunya, di Gramedia saja cuma ada buku untuk RedHat & Mandriva. Berpindah dari satu distro ke distro lain memaksa lo untuk belajar lagi!
Coba bayangkan kalo Linux punya satu standar. GUI pake Gnome dengan theme ttt, aplikasi office bawaan OpenOffice, instalasi semua pake RPM, media player pake apagitu, dsb. Maka kita sudah gak usah bingung ambil distro yang mana, bahkan kalo perlu hanya ada 1 distro, misalnya RedHat. Yang membedakan cuma edisinya, jadi ada edisi Home, Proffesional, Developer & Server, seperti Windows lah. Sementara sisanya, seperti KDE, StarOffice, K-Office itu menjadi 3rd party, optional, downloadble.
Efeknya, user udah gak usah dibingungkan harus memilih distro mana. Gak usah bingung cari buku Linux. Gak bingung cara instal. Developer gak bingung, KDE atau Gnome yah. Dsb. Gw yakin kalo sudah ada standarisasi, Linux bakal berkembang lebih cepat, dan bakal bisa bersaing dengan Windows (desktop).

Tapi semua ini hanya harapan kosong, soalnya kalo sudah ada standarisasi baku, ini melanggar konsep open source yang mengijinkan semua orang membuat, mengubah & mendistribusikan Linux dengan caranya masing-masing. Dan gw ragu kalo Mandriva cs bakal menerima begitu saja (kalo RedHat jadi standar), walau gimana distro gede justru menangguk duit dari paket mereka.
Akhirnya, MS yang paling diuntungkan, dan kita masih bakal tergantung pada Windows sampai beberapa abad lagi (kecuali kalo PC gak butuh os, atau dunia kiamat).

0 komentar:

Posting Komentar

_CaesarVraseaC_



ALIHKAN MOUSE ANDA,,MAKA AKAN KEMBALI SEPERTI SEMULA !!

wibiya widget

Ilmu Komputer

Ilmu Komputer

script src='http://sites.google.com/site/gudangfathur/kode/rainbowlink.js'/>